Tulisan ini diambil dari sebuah grup facebook
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Duhai jilbab yang masih terlipat, jadilah perisai dan tabir untuk diriku,
Mengukir simbol kehormatan dan kesucianku, Menjelmalah laksana rumah berjalan
untukku, Dan kusematkan setangkai cinta untukmu…
Jadikanlah jilbab seperti bagian dari dirimu, yang jika tanpanya, engkau merasa
tidak sempurna. Jadikanlah dia penutup auratmu yang lebih baik dari sekedar
pakaianmu. Jadikanlah dia sebagai lambang rasa malumu yang akan memancarkan
wibawamu. Jadikanlah dia sebagai simbol kehormatan dan kesucianmu yang harus
engkau jaga sebaik-baiknya. Maka dengan begitu, engkau akan mencintainya tanpa
engkau sadari bahwa engkau telah mencintainya.
Yang Cantik yang Berjilbab
Tak ada ajaran yang lebih memuliakan wanita daripada Islam. Dalam Islam, wanita
ditempatkan sebagai makhluk yang sangat mulia. Dan Islam sangat menjaga
kehormatan juga kesucian seorang wanita. Namun, di belantara fitnah saat ini,
wanita yang berkomitmen untuk menjaga kesucian dirinya karena masih menjadi
kaum minoritas, seringkali mendapat cemoohan, sindiran, dan cibiran dari kaum
mayoritas yang awam. Bahkan, ada yang menyebut dirinya sebagai kaum feminis yang
–dengan tidak disadari oleh akal sehatnya telah menjerumuskan kaum wanita
kepada lembah kehinaan yang bersampul keadilan. Wal’iyyadzubillah.
Mereka berteriak-teriak di jalanan, di media-media massa dan elektronik
mengenai kesetaraan gender, keadilan terhadap hak asasi manusia, dan harkat
serta martabat kaum wanita. Mereka menginginkan para wanita mereka berpakaian
seronok supaya diterima oleh masyarakat –yang rusak akalnya–, mereka mencoba
mengafiliasi budaya barat dengan budaya timur agar mereka dinobatkan sebagai
wanita modern, wanita masa kini, wanita fashionable. Ketahuilah olehmu wahai
saudariku, mereka inilah setan berwujud manusia yang pernah disebutkan oleh
Allah Ta’ala dalam firman-Nya, artinya,
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan
(dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia…”
(Qs. Al-An’aam: 112)
Allah Ta’ala memaksudkan perkataan yang indah dalam ayat di atas adalah
perkataan yang sebenarnya bathil, tetapi pemiliknya menghiasi perkataan
tersebut semampunya, kemudian melontarkannya kepada pendengaran orang-orang
yang tertipu, sehingga akhirnya mereka terpedaya. (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa)
Wanita shalihah yang kecantikannya ibarat mutiara yang terbenam dalam lumpur,
masih menjadi kaum minor di kalangan masyarakat yang sudah mulai terpengaruh
dengan eksistensi kaum liberal, permisif dan hedonis masa kini. Merekalah para
wanita perindu Surga yang selalu nyaman tinggal di istananya. Merekalah para
bidadari yang bersembunyi di balik tabir, kain longgar, dan lebarnya kerudung.
Ketika orang mendatanginya, ia begitu khawatir jika keindahannya terlihat, dan
dia tidak mungkin menjumpai tamunya dalam busana ala kadarnya yang bisa
menampakkan ’simpanan berharga’nya. Mereka masih dan akan selalu menjadi
misteri bagi para lelaki asing di luar sana. Tetapi mereka berubah bagai
bidadari jika bertemu dengan kekasih hati yang telah menjadi suaminya.
Tahukah engkau siapa kekasih hati sang bidadari..? Hanyalah lelaki shalih yang
berani mendamba dirinya dan hanya lelaki shalih yang memiliki nyali
mempersuntingnya sekaligus meminangnya menjadi belahan hati. Sedangkan lelaki
hidung belang, miskin agama, dan kurang bermoral hanya akan mendekati
‘daging-daging’ yang dijual bebas di pasaran. Para wanita yang menjajakan
dirinya di pinggir-pinggir jalan, di mal-mal, di tempat-tempat dugem, dan yang
sejenisnya. Sekalipun mereka tidak merasa atau tidak berniat ‘menjual diri’
mereka, akan tetapi pada hakikatnya jika mereka mau menyadari, merekalah
‘mangsa’ empuk para serigala manusia yang kelaparan. Maka saudariku, manakah
yang lebih engkau sukai, si cantik yang diobral murah? Ataukah si shalihah yang
penuh rahasia?
Fenomena Jilbab Gaul, Berpakaian Tapi Telanjang
Belakangan ini, merebak trend jilbab gaul atau kudung gaul. Anggotanya mulai
dari anak-anak remaja hingga ibu-ibu yang aktif dalam berbagai kegiatan
pengajian. Kalau mereka ditanya, “Jilbab apa ini namanya?” Mereka akan menjawab
dengan dengan pede-nya, “Jilbab gaul..!”
Jilbab gaul ini digandrungi karena alasan modisnya. Peminatnya adalah para
wanita yang sudah terlanjur berjilbab tapi tetap ingin tampil modis dan trendi.
Mereka ingin celana jeans, kaos-kaos ketat dan pakaian-pakaian minim mereka
masih bisa terpakai, meskipun mereka sudah berjilbab. Walhasil, para desainer
kawakan yang minim akan ilmu agama, mencoba mengotak-atik ketentuan jilbab
syar’i dan mewarnainya sesuka hati dengan berkiblat kepada trend mode di
wilayah barat. Mereka tidak segan-segan membawakan semboyan, “Jilbab modis dan
syar’i” atau “Jilbab muslimah masa kini, modis dan trendi” atau
semboyan-semboyan lain yang membuat kacau pikiran dan hati para gadis remaja.
Sekarang, mari kita simak peringatan yang pernah disampaikan oleh Nabi kita
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Ada dua golongan penghuni Neraka
yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu:
(1) suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka
pakai untuk mencambuk manusia;
(2) wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan
berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at),
kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk.
Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau
wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” ( Muslim dan Ahmad)
Siapakah itu wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang? Mereka adalah para
wanita yang pakaiannya tipis, transparan dan ketat, sehingga kemolekan tubuhnya
terlihat. Mereka berpakaian secara zhahir (nyata), namun sebenarnya mereka
bertelanjang. Karena tidak ada bedanya ketika mereka berpakaian maupun ketika
mereka tidak berpakaian, sebab pakaian yang mereka kenakan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya, yakni menutupi aurat. Dan mereka adalah wanita-wanita
yang menyimpang dari keta’atan kepada Allah dalam hal menjaga kemaluan serta
menutupi diri mereka dari para lelaki yang bukan mahramnya. (Al-Jannatu
Na’iimuhaa wat Thariiqu Ilaiha Jahannamu Ahwaaluhaa wa Ahluhaa)
Tentu engkau tidak ingin menjadi salah satu wanita yang disebutkan dalam hadits
di atas bukan? Tentu engkau ingin menjadi wanita penghuni Surga yang jumlahnya
hanya sedikit itu bukan? Jadi jangan sampai kehabisan tempat. Persiapkanlah tempatmu
di Surga nanti mulai dari sekarang!
Akhirnya…
Apabila Allah telah mengadakan suatu ketentuan, maka sudah pasti dalam
ketentuan itu terkandung kebaikan yang amat besar. Maka dengan meragukan
ketentuan dan perintah-Nya, engkau telah melewatkan banyak kebaikan yang
seharusnya engkau dapatkan. Coba engkau simak firman Allah yang berbunyi,
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menerapkan suatu ketetapan, akan
ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat dengan
kesesatan yang nyata.” (Qs. Al-Ahzab: 36)
Alasan apapun yang masih tersimpan dihatimu untuk tidak melaksanakan perintah
berjilbab ini, janganlah engkau dengarkan dan engkau turuti. Semua itu hanyalah
was-was setan yang dihembuskannya ke dalam hati-hati manusia, termasuk ke dalam
hatimu.
Bersegeralah menuju jalan ketakwaan, karena dengan begitu engkau akan melihat
sosok lain yang jauh lebih baik dari dirimu pada hari ini. Engkau akan dengan
segera mendapati rentetan kasih sayang Allah yang tidak pernah engkau
sangka-sangka sebelumnya. Jadi, apa lagi yang kau tunggu? Bentangkanlah
jilbabmu dan tutupilah cantikmu. Belajarlah menghargai dirimu sendiri dengan
menjaga jilbabmu, maka dengan begitu orang lain pun akan ikut menghargai
dirimu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, yang artinya,
“Barang siapa di antara kalian mampu membuat perlindungan diri dari api Neraka
meskipun hanya dengan sebiji kurma, maka lakukanlah.” (Dari jalan ‘Adi bin
Hatim radhiyallahu ‘anhu)
Ku susun risalah ini sebagai bentuk kasih sayang terhadapmu sembari terus
berdo’a semoga Allah membuka hatimu untuk menerima ‘kado istimewa’ ini dengan
ikhlas. Bukan karena apa maupun karena siapa, tapi karena semata-mata engkau
mengharapkan keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla terhadap dirimu. Semoga risalah
yang hanya mengharap Wajah Allah ini dapat mengetuk pintu yang tertutup dan
membangunkan nurani yang lama tertidur lelap, sehingga membangkitkan semangat
untuk bersegera menuju ketaatan kepada Allah. Semoga Allah memasukkan dirimu,
diriku, dan seluruh kaum muslimin yang berpegang teguh dalam tali agama Allah
ke dalam golongan orang-orang yang ditunjuki jalan yang lurus. Wallahul
musta’an.
semoga bermanfa'at